"Selamat Datang di Kampus Pertanian," begitu kata mereka

Hai, ini Afi. Postingan pertama selalu identik dengan perkenalan dan biasanya sih dibarengi dengan alasan terjun ke dunia blogging. Boleh deh. Jadi, sekarang saya udah jadi mahasiswi. Mahasiswi tingkat satu yang Februari mendatang sudah memasuki semester dua. Rasanya menjadi mahasiswi di kampus pertanian......

Lanjut di paragraf ini ya.
Juli lalu, tepatnya tanggal delapan, saya resmi sujud syukur karena Allah udah milihin kampus terbaik untuk saya. Setelah melewati berbagai aral melintang (apa sih artinya frasa ini?), mengerjakan seabrek ujian yang kesannya terlalu panjang, menata hati yang kadang susah tenang, menanti jawaban yang entah kapan datang, menambah frekuensi ibadah, akhirnya, akhirnya, akhirnya, akhirnya saya bisa memulai kisah baru di kampus pertanian ini. Selamat datang, Afi. (selanjutnya postingan ini akan dihiasi foto-foto landmark dari kampus saya, tunggu ya)

Saya gagal masuk kedokteran. Dan ini yang buat saya sangat bersyukur. Sesungguhnya, disaat kamu galau, dalam hal ini galau akademis, dan nggak tahu pasti apa yang sebenarnya kamu inginkan atau mungkin nggak terlalu berani untuk menyatakan apa yang kamu inginkan, ada kuasa yang nggak bisa dilawan. Itu udah ketentuan Allah. Mungkin iya, walapun nggak secara terang-terangan menyatakan "anak saya harus jadi dokter", Mama dan Ayah saya punya harapan besar sama saya. Pasti deh ada pikiran anak bungsunya ini harapan terakhir karena kakak pertama saya sudah jauh sekali dari bidang kedokteran, dia ambil studi teknologi nuklir. Lalu, kakak kedua saya, masih ada kemungkinan jadi dokter sih karena dia ambil jurusan biologi. Tapi, kayaknya dia far away deh, dia terlalu cinta fauna.

Saya mengalami fase tak menentu. Saya terlalu galau akademis. Saya takut kalau jadi dokter. Bukan tipikal saya. Saya juga nggak tahu pasti apa sih yang saya mau. Psikotes yang saya ikuti juga nggak pernah bikin saya puas. Hasilnya selalu deh merujuk ke bidang itu-itu saja. Terlalu mainstream, kedokteran lagi, kedokteran lagi. Kapan sih bidang pertanian disebut dalam psikotes? Oh, belum pernah ada ya?

Mungkin memang tidak pernah ada orang yang bercita-cita jadi petani. Demi apa pun, saya belum pernah lihat tulisan "petani" di kolom cita-cita buku tahunan sekolah seseorang. Termasuk buku tahunan SMA saya, ya karena memang tidak ada kolom cita-cita *grin*. Memangnya siapa petani? Kalau disuruh mendefinisikan siapa itu petani, rasanya saya akan benar-benar terlihat bahwa pikiran saya memang dangkal. Kalau mendengar kata pertanian, yang terbayang di pikiran saya adalah gambar pestisida. Aduh, maaf, bodohnya.

Memangnya, apa yang ada di pikiran kalian? Coba pikirkan.
Padi?
Caping?
Cangkul?
Ibu-ibu dengan pakaian jaman dahulu yang membungkuk?
Sawah hijau yang sebenarnya sekarang pun menipis eksistensinya?
Hama?
Gulma? (ah sepertinya terlalu cerdas kalau terlintas ini)
Ikan? Ikan apa? Air laut atau air tawar? Perahu? Nelayan? Makanan ikan? Nutrisi untuk ikan?
Domba? Sapi? Ayam? Telur? Pakan ternak? Ranch kuda?
Mesin penggiling padi? Traktor? Sistem yang digunakan mesin penggiling padi?
Makanan? Makanan cepat saji? Makanan yang warnanya menarik?
Apa?

Bagi yang belum mendapat kuliah umum dari kampus pertanian paling-paling cuma terlintas alternatif ke satu hingga ke lima dari yang saya sebut. Iya, itu pertanian. Benar, pertanian itu ya padi, begitu kata kebanyakan orang. Pertanian itu caping, karena panas-panasan.Pertanian itu cangkul karena harus berlelah-lelahan dulu sambil kotor-kotoran. Pertanian itu jadul karena jauh dari fashion, melelahkan karena harus membungkuk. Pertanian itu sawah hijau yang membentang seperti yang ada di lukisan-lukisan, semoga memang masih banyak ya.

Itu pertanian.
Bagi kamu.
Dan banyak orang.

Saya bersyukur bisa masuk kampus pertanian. Rasanya ini dunia baru. Dunia yang akan sangat mengesankan untuk dijelajahi. Dengan kegirangan dan harapan, saya ingin berbuat banyak untuk pertanian.
Dosen-dosen saya orang hebat. Dosen kamu juga, tentu kita tahu dosen (seharusnya) orang hebat.Dosen saya adalah mereka yang concern dengan dunia pertanian dan pendidikan tentunya. Rasanya saya ingin berinteraksi banyak dengan orang-orang hebat ini, mendulang ilmu yang mereka miliki, mengeksploitasi, dan menerapkannya.

Kedengarannya seperti bualan ya punya harapan di bidang pertanian Indonesia. Ya itu karena kamu tidak mendengar banyak soal pertanian dari ahlinya. Yang diekspos di tv kan paling-paling hanya kasus impor bahan pangan yang dilakukan besar-besaran. Atau kegagalan panen di sana sini karena cuaca yang sedang gusar. Kenyataannya tidak begitu kok. Eh, kenyataannya memang begitu, ada impor, ada kegagalan panen, tapi ada juga pencapaian-pencapaian jenius di bidang pertanian. Jarang dengar ya? Iya, sama.

Bedanya saya sama kamu mungkin terletak di kesempatan.
Saya punya kesempatan untuk mengetahui lebih banyak tentang keberhasilan di bidang pertanian karena saya ada di tempat yang memang punya konsentrasi di situ. Tenang, kalau saya punya kabar baik, saya akan coba sampaikan kok. Indonesia butuh pertanian. Seluruh dunia butuh pertanian. Itu tandanya Indonesia butuh orang-orang di bidang pertanian. Seluruh dunia butuh orang-orang di bidang pertanian.
Doakan saya ya, saya mau jadi orang yang 'dibutuhkan' itu.
Orang yang cerdas dan pantas untuk bidang itu.
Orang yang ahli dan mengerti soal-soal itu.
Begitu.
Iya, saya juga doakan kamu kok agar jadi orang yang cerdas dan pantas, orang yang ahli dan mengerti di bidang kamu masing-masing. Semoga jalan kita diridhoi. Semoga jalan kita bermanfaat. Selamat menebar manfaat! Negeri ini butuh banyak perubahan! Negeri saya, negeri kamu juga.


Jadi, ini memasuki semester 2. Pengantar ilmu pertanian sudah saya dapatkan. Selamat melanjutkan ke level berikutnya, Afi!



Calon ahli pangan, aamiin (tolong bantu aamiin-kan)
Afi